Kultur Batik

Salah satu karakteristik menarik Batik Indonesia adalah perubahan dalam gaya, motif dan warna yang terbentuk melalui pemaparan dari berbagai budaya asing. Sepanjang sejarah Indonesia, dari waktu ke waktu kekayaan tradisi Batik terbentuk dari kontak dengan para pedagang asing atau penguasa kolonial, mereka telah mempengaruhi perkembangan Batik. Beberapa hasil yang tercipta adalah sebagai berikut:



Batik Keraton


Batik Kraton dianggap sebagai dasar Batik Jawa. Kekayaan Batik tersebut dipengaruhi oleh Hindu-motif yang telah mempengaruhi pakem Jawa sejak abad ke-5, dan kemudian dipengaruhi oleh budaya Islam. Hindu-motif antara lain bisa dilihat dengan bentuk burung suci - Garuda, bunga suci - teratai, naga - Naga dan pohon kehidupan. Karena Islam melarang penggambaran manusia atau hewan, dan mengubah gaya serta ornamen sebagai simbol, yaitu bunga dan desain geometris. Sebagai pakaian khusus dalam kode pakem pakaian Jawa, Batik Kraton mudah dikenali melalui sub-divisi, antara lain: Batik Kasunanan Surakarta, Batik Kasultanan Yogyakarta, Batik Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman. Dari waktu ke waktu, perubahan dan modifikasi dibedakan Batik Mangkunegaran adalah dari Batik Kasunanan, walaupun keduanya berasal dari sumber yang sama. Batik Pakualaman, dari kota Yogyakarta, berasal dari kedua desain tradisi Kasunan dan Kasultanan dan lebih unik karena seluruh proses diselesaikan di Surakarta.


Batik Belanda


Meskipun pedagang Cina di Jawa datang lebih awal daripada orang Eropa, pengaruh mereka pada Batik tampak jelas dalam periode selanjutnya. Batik Belanda secara harfiah, muncul pada awal tahun 1840, puluhan tahun sebelum munculnya Batik Cina. Catatan menunjukkan bahwa pemukim Eropa di pantai utara Jawa memulai kegiatan memproduksi batik pada pertengahan abad ke-19. Mereka mempelopori era baru pengayaan internasional yang masih terlihat di batik Indonesia hingga saat ini. Mencapai puncaknya kreativitas dalam 1890-1910, Batik Belanda jelas diakui melalui berbagai karya-karya seni melalui desainer besar. Di antara yang paling terkenal di antaranya adalah Batik Van Zuylen dari Charlotte Elize van Zuylen, Batik Van Oosterom dari Carolina Catharina van Oosterom, Batik Prankemon dari Carolina Josephina von Franquemont, Batik Metz dari Lies Metzlar, Batik Yans dari AJF Yans, dan Batik Coenrad dari Coenrad Pacitan, Jawa Timur.


Batik Indonesia


Merdeka dari kekuasaan kolonial Belanda memperkenalkan desain baru untuk batik Indonesia. Pada awal tahun 50-an, Presiden Soekarno mendorong terciptanya gaya baru batik, yang populer disebut Batik Indonesia. Sebuah simbiosis antara berbagai gaya batik, terutama dari kerajaan Yogyakarta dan Surakarta dan pantai utara Jawa, yang masih digunakan Soga cokelat sebagai warna dasar, Batik Indonesia ini disusun menggunakan warna-warna cerah. Beberapa muncul dalam desain yang sama sekali baru, yaitu Cendrawasih, Sruni, Sandang Pangan, Udang, yang masih menggunakan sistem pengolahan tradisional. Batik Indonesia juga disebut Batik Modern.


Batik Saudagaran


Generasi penting dalam pengembangan batik, Batik Saudagaran muncul sejak akhir abad ke-19 di kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Diproduksi oleh saudagar atau pedagang batik, ini mudah dikenal melalui ornamen bergaya klasik diubah ke rasa para pedagang. Beberapa kreasi yang populer adalah gaya tambal sulam, Parang dengan memasukkan seperti motif siput, diisi dengan tambahan Lereng spiral halus yang biasa disebut Ukel dan Semen yang menunjukkan kualitas tinggi pengerjaan.


Batik Pesisir


Desain khas Batik Pesisir adalah orang-orang dari kota-kota pantai utara Jawa, termasuk Pekalongan dan Cirebon. Desainnya menunjukkan pengaruh Cina melalui penggunaan warna-warna cerah, motif bunga-bunga dan awan.


Artikel ini dikembangkan dari informasi dari Batik Danar Hadi.